Perkembangan Kearifan Lokal Kesenian Bantengan turonggo seto kinasih di Desa Wilo sebagai Pengenalan budaya di Masyarakat.

 

PERKEMBANGAN KEARIFAN LOKAL KESENIAN BANTENGAN DUSUN LUMANGSIH SEBAGAI MEDIA PENGENALAN BUDAYA DI MASYARAKAT

 

Afifaturrozia Putri, Andhita Lintang, Dhani Sanjaya, Dinara Salvina, Wahyu Adi, Yurinda Vania

SMA NEGERI 1 PANDAAN


ABSTRAK

Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun. Menurut Rahyono, kearifan lokal adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia adalah kesenian tradisional bantengan, Kesenian bantengan adalah sebuah seni budaya pertunjukan tradisi yang menggabungkan unsur seni tari, olah kanuragan, musik dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.

Dalam penelitian ini kami menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif ini digunakan dalam penelitian perkembangan kesenian bantengan di dusun Lumangsih untuk mengumpulkan data dan menggambarkannya secara kualitatif. Langkah kerja dari metode ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan bantengan TSK secara rinci serta bagaimana perkembangan kesenian tradisional tersebut di dusun Lumangsih.

Kami melakukan observasi dan penelitian di dusun Lumangsih. Berdasarkan informasi dari Gus Kholil selaku pendiri kesenian bantengan TSK di dusun Lumangsih diketahui bahwa asal-usul berdirinya kesenian bantengan adalah karena angan-angan, ingin menghidupkan dan mengangkat kebudayaan Indonesia yang telah lama ditinggalkan dan tetap melestarikan kearifan lokal yang ada di Indonesia, Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih ibarat jaring yang memperbaiki nasib anak-anak jalanan, dan pengangguran dengan mengajak mereka menjadi pemain bantengan Turonggo Seto Kinasih.



PENDAHULUAN

Menurut Rahyono, kearifan lokal adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Salah satu kearifan lokal yang ada di Indonesia adalah kesenian tradisional bantengan, Kesenian bantengan adalah sebuah seni budaya pertunjukan tradisi yang menggabungkan unsur seni tari, olah kanuragan, musik dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Seni bantengan juga mengandung nilai moral bahwa kesenian ini bersifat komunal, artinya melibatkan banyak orang dalam setiap pertunjukkannya. Kebudayaan inilah yang dapat membentuk perilaku masyarakat yang menggelutinya untuk selalu hidup dalam keguyuban, kekeluargaan, gotong royong, dan kesederhanaan.

Kesenian bantengan tersebar luas di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di Dusun Lumangsih, Desa Ketanireng, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Kesenian Bantengan ini diciptakan sekaligus dipimpin oleh Gus Kholil atau sering disebut dengan “Tabib Gendeng Sobo Langit”. Beliau merupakan pendiri TSK yaitu singkatan dari Turonggo Seto Kinasih. Turonggo Seto

Kinasih merupakan cabang dari padepokan besar kesenian bantengan  di kabupaten Pasuruan yaitu padepokan Gema Qalbu. Bantengan TSK berdiri pada tahun 2012-2013 hingga sekarang telah berusia 11 tahun. Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih ini adalah sebuah pertunjukkan tradisional yang sampai sekarang masih dilestarikan. Selain itu kesenian ini juga memiliki fungsi sosial yaitu membantu anak jalanan dan wanita penghibur. Mereka dibantu dengan cara mengikutsertakan mereka kedalam kesenian ini, agar memiliki kehidupan yang sejahtera dan tidak mencari uang dengan cara yang salah. Misalnya wanita dijadikan pemain jaranan putri dan sinden, sedangkan anak jalanan dijadikan pemain bantengnya.  Selain itu kesenian ini juga bisa menjadi hiburan bagi semua mayarakat. Kesenian Turonggo Seto Kinasih ini didalam nya juga terdapat unsur religi yang meliputi kepercayaan yang masih kental dikalangan masyarakat seperti kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Seperti halnya bantengan. Kesenian tradisional ini sudah mulai diabaikan oleh kalangan remaja di Indonesia, pertunjukannya juga sudah jarang ditampilkan. Hanya pada acara-acara tertentu saja, seperti sunatan, acara pernikahan, bersih desa, suroan, selamatan, hajatan dan acara-acara penting lainnya. Maka dari itu untuk rumusan masalah dari projek kearifan lokal kami adalah :

(1) Bagaimana proses pelaksanaan kesenian bantengan di Dusun Lumangsih (2) Bagaimana cara memperkenalkan kearifan lokal kesenian bantengan kepada kalangan remaja di lingkungan sekitar SMANDA?

METODE

Dalam penelitian kali ini kami menggunakan metode penelitian deskriptif untuk digunakan dalam penelitian perkembangan kesenian bantengan di dusun Lumangsih. metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan menggambarkannya secara kualitatif. Langkah kerja dari metode ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan bantengan TSK secara rinci serta bagaimana perkembangan kesenian tradisional tersebut di dusun Lumangsih. Dalam penelitian ini kami melakukan pengamatan dan analisis di Dusun Lumangsih, RT.01 RW.04, Desa Ketanireng, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lebih tepatnya lokasi ini berada di daerah dataran tinggi yang terdapat banyak pepohonan, persawahan yang luas, dan beberapa fasilitas serta sarana prasarana yang ada di daerah tersebut. Maka, dari kegiatan penelitian kami ini dapat memperoleh informasi kearifan lokal kesenian bantengan TSK secara rinci di dusun tersebut untuk yang selanjutnya akan diperkenalkan kepada masyarakat luas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan informasi dari Gus Kholil selaku pendiri kesenian bantengan TSK di dusun Lumangsih diketahui bahwa asal-usul berdirinya kesenian bantengan adalah karena angan-angan, ingin menghidupkan dan mengangkat kebudayaan Indonesia yang telah lama ditinggalkan dan tetap melestarikan kearifan lokal yang ada di Indonesia, selain itu Gus Kholil mengutarakan bahwa alasan beliau mendirikan kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih adalah karena keinginan pribadi. Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih ibarat jaring yang memperbaiki nasib anak-anak jalanan, dan pengangguran dengan mengajak mereka menjadi pemain bantengan Turonggo Seto Kinasih, Gus Kholil menyebutnya “jaring tur nyaring” yang berarti mengajak untuk membenahi. Kesenian Bantengan Turonggo Seto kinasih didirikan pada tahun 2012 yang sekarang telah berusia 11 tahun. Turonggo Seto Kinasih merupakan turunan dari padepokan Gema Qalbu di Kabupaten Pasuruan yang berdiri pada tahun 2000. Kesenian Turonggo Seto kinasih beranggotakan sebanyak 6002 orang yang tersebar luas di seluruh Kabupaten Pasuruan.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian kearifan lokal kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih di dusun Lumangsih, Desa Ketan ireng, dapar disimpulkan bahwa Kesenian Tradisional Bantengan Turonggo Seto Kinasih adalah sebuah seni pertunjukan budaya dan tradisi yang menggunakan kepala banteng sebagai symbol utamanya serta menggabungkan unsur seni tari, olah kanuragan, musik dan mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih mengandung nilai moral bahwa kesenian ini bersifat komunal, artinya melibatkan banyak orang dalam setiap pertunjukkannya Pertunjukan bantengan Turonggo Seto Kinasih biasanya dilakukan pada acara-acara penting dan tertentu saja seperti, acara pernikahan, khitanan, bersih desa dan suroan atau maulud nabi.

Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih ibarat jaring yang memperbaiki nasib anak-anak jalanan, dan pengangguran dengan mengajak mereka menjadi pemain bantengan Turonggo Seto Kinasih, Gus Kholil menyebutnya “jaring tur nyaring” yang berarti mengajak untuk membenahi. Kesenian bantengan Turonggo Seto Kinasih dimainkan oleh dua sampai empat orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Intenet

Anonymous. 2019. Bantengan Jawa Timur, Sebuah Seni Pertunjukan Unsur Sendratari, (Online), (Bantengan Jawa Timur, Sebuah Seni Pertunjukan Unsur Sendratari - Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (kemdikbud.go.id)), diakses 12 Maret 2023.

Hasanah, Elok, S. 2017. Kesenian “Turonggo Seto Kinasih” masih eksis di kalangan masyarakat, (Online), (Kesenian "Turonggo Seto Kinasih" Masih Eksis Dikalangan Masyarakat (eloksuudatulhasanah.blogspot.com)), diakses 15 Maret 2023.

Marliah, Siti. 2019. Kearifan lokal: Pengertian, Ciri-ciri, Fungsi, hingga Jenisnya, (Online), (Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-Ciri, Fungsi, Hingga Jenisnya (gramedia.com)), diakses pada 15 Maret 2023.

Njatrijani, Rinitami. 2018. Kearifan lokal dalam perspektif  budaya kota Semarang.

Anonymous. 2022. Pengertian Metode Pengumpulan Data, Jenis, Cara menulis dan Contohnya. (Online), (√ Pengertian Metode Pengumpulan Data, Jenis, Cara Menulis, dan Contohnya (penelitianilmiah.com)), diakses pada 20 Maret 2023.

A, Arifa. 2022. Pengertian Validasi Data Penelitian, Metode dan Contohnya, (Online), (Pengertian Validasi Data Penelitian, Metode, dan Contohnya (penelitianilmiah.com)), diakses pada 04 Mei 2023.

Wulandari, Trisna. 2021. 6 Profil Pelajar Pancasila yang Dirumuskan Kemendikbud, Ini Lengkapnya, (Online), (6 Profil Pelajar Pancasila yang Dirumuskan Kemendikbud, Ini Lengkapnya (detik.com)), diakses pada 04 Mei 2023.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Kearifan Lokal Kesenian Bantengan turonggo seto kinasih di Desa Wilo sebagai Pengenalan budaya di Masyarakat.